Jumat, 09 Januari 2009

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI

BAB I

PEMBAHASAN

A.MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Telah merupakan pendapat psikologi modern bahwa manusia selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya, adalah juga mkhluk yang mempunyai sifat-sifat tersendiri yang berbeda dengan makhluk dunia lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajari manusia kita harus mempunyai sudut pandang yang khusus pula. E.Cassirer menyatakan bahwa manusia itu adalah “Makhluk Simbolis” dan Plato merumuskan : “Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya. Sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : “Manusia adalah eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini , tetapi ia secara aktif “mengada”.1

Manusia tidak semata-mata tunduk pada kodratnya dan secara parif menerima keadaanya, tetapi ia selalu secara sadar dan aktif menjadikan ia sesuatu. Proses perkembangan manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri, berbeda denan makhluk-makhluk yang lainnya yang sepenuhnya tergantung pada alam. Kebutuhan untuk terus menerus menjadi inilah yang khas manusiawi,dank arena pulalah manusia bisa berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya, sehingga timbullah kebudayaan dalam segala bentuknya itu, yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Bentuk-bentuk kebudayaan ini antara lain adalah sistem perekonomian, kehidupan sosial dengan norma-normanya dan kehidupan politik.

Untuk lebih jelasnya bagaimana manusia dipandang oleh psikologi, akan mudah jika kita membahasnya berdasarkan pandangan aliran-aliran yang berkembang dalam psikologi sampai dengan penghujung abad XX, yang terdapat empat aliran besar dalam psikologi, yaitu:

a) Psikoanalisa (SIGMUND FRUED 1856-1939)

Ketika aliran-aliran penting dalam psikologi sedang berkembangdengan pesatnya mengadakan penelitian-penelitian psikologis secara eksperimental, disaat itu pula muncul pandangan psikologiyang dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan klinis-psikiatris oleh aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Frued, seorang yang berkebangsaan Jerman keturunan Yahudi yang dilahirkan pada tanggal 6 Mai 1856 di Freiberg dan meninggal pada 2 september 1939 di London.

Dasar pendapat dan pandangan Frued berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman mental manusia tidak ubahnya seperti gunung es yang terapung di samudra yang hanya sebagian terkecil yang tampak, sedankan sembilan persepuluhnya dari padanya yang tidak tampak, itulah yang merupakan bagian /lapangan ketidak sadaran mental manusia berupa pikiran kompleks,perasan dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung tetapi ia terus mempengarui tingkah laku manusia.

Bagi Frued segala bentuk tingkah laku manusia bersumber dari dorongan-dorongan alam bawah sadar. Dialektika antara kesadaran dan ketidaksadaran ini dijelaskan Frued dalm tiga system kejiwaan, dintaranya adalah :

1. Id (das-es), terletak dalam alam bawah sadar dan merupakan dorongan-dorongan primitive,yakni dorongan-dorongan yang belum dibentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan atau dorongan bawaan sejak lahir, seperti dorongan mempertahankan kehidupan (life instinct) dan dorongan untuk mati (death instinct).Bentuk dorongan hidup adalah dorongan agresi seperti keinginan menyerang , berkelahi, dan marah.

2. superegon (das-ueber ich) merupakan kebalikan atau lawan dari Id (das-es). Superego sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan atau hasil pembelajaran dan dipengaruhi oleh pengalaman. Segala norma-norma yang diperoleh melalui pendidikan menjadi pengisi dalam sistem superego, sehingga superegopenuh dengan dorongan-dorongan untuk melakukan kebaikan, mengikuti norma-norma masyarakat

3. Ego (das-ich), bisa dikatakan sebagai sintesis dari peperangan antara Id dan Superego. Ego berfungsi sebagai penjaga, mediator atau bahkan pendamai dari dua kekuatan yang berlawanan ini. Ego hanya menjalankan prinsip hidup secara realistis, yakni kemampuan untuk menyesuaikan dorongan-dorongan Id dan Superego dengan kenyataan di dunia luar.Jika Ego terlaludikuasai oleh Id maka orang itu mengidap “Psikoneurosis”(tidak dapat mengeluarkan dorongan primitifnya). Untuk itu pada satu sisi Ego dapat berfungsi sebagai motifasi diri, namun pada sisi lain karena tekanan superego bisa saja menjadi penyebab terbesar dalam pertentangan dan aliensi diri.

Kemudian Frued memfokuskan diri bahwa Id terbesar yang dimiliki manusia dan sangat menentukan kepribadian manusia itu sendiriadalah dorongan seks. Frued yakin setiap orang sudah memiliki naluri seks sejak ia dilahirkan , adapun perkembangan fase-fase seks tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fase Oral Erotik, pada Fase ini kepuasan seksual berada pada rasa nikmat di mulut,seperti seorng bayi menyusu pada ibunya. Oleh karena itu mengapa anak pada usia 2 tahun selalu memasukkan semua benda yang ada pada pegangan tangaannya.

2. Fase Anal Erotik, pada fase ini anak-anak mencari rasa kepuasan pada anusnya. Seperti pada kecenderungan anak-anak berumur 2-3 tahun yang suka memakan kotoran yang keluar pada anusnya.

3. Fase Genetal Erotik, pada fase ini anak mencari kepuasan seks pada alat kelaminnya.dalam fase ini seseorang terus berkembang sampai dengan usia dewasa melalui tiga fase sebagai berikut:

a) Fase Phallis (genetal muka)intinya anak telah menemukan kenikmatan pada genetalnya tetapi belum dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

b) Fase Latent (seksualitas infantile) dimana sudah ada nafsu seksual pada diri anak kecil.

c) Fase Genetal Pubertas, pada fase ini genetal anak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mula-mula genetal yaitu anak mulai memiliki rasa cinta kepada orang tuanya. Fase ini makin lama makin menjadi, tetapi ditekan terus, karena teralang oleh adapt. Lama kelamaan nafsu tersebut menjadi kompleks yang terdesak. Kompleksitas ini sering disebut dengan oidipus complex yang menurut Frued menjadi sumber kegagalan hidup.

b) Behaviorisme (JHON BROADE 1878-1958)

Behaviorisme adalah aliran yang terdapat di Amerika Serikat. Aliran ini di temukan oleh Jhon Broade Watson 1878-1958, ia menentang pandangan yang berlaku saat itu bahwa dalam eksperimen-eksperimen psikologi diperlukan instropeksi. Introspeksi yang berarti mengamati perasaan sendiri, digunakan dalam eksperimen-eksperimen di laboraturium Wundt untuk mengetahui ada atau tidak adanyaperasaan-perasaan tertentu dalam diri orang yang diperiksa. Bagi aliran ini manusia dipandang sebagai hasil dari jumlah kondisi-kondisi yang mempengaruhinya. Bagi Watson psikologi harus menjadi ilmu yang objektif.

Dan bagi aliran ini manusia di pandang sebagai hasil dari jumlah kondisi-kondisi yang mempengaruhinya,behavorisme memandang manusia dari segi yang nampak (badaniah), tidak memandang manusia dari segi rohaniah. Di samping itu kaum behaviorisme memiliki semboyan the trust is in the making, kebenaran adalah apa yang dapat di praktekan denan tepat dan menguntungkan, dan tidak ada pula dalam praktekyang tidak memberi hasil. Pandangan behaviorisme ini banyak mempengaruhi psikologi modern, salah satunya adalah “B.F.SKINNER” yang berpendapat bahwa “lingkungan merupakan kunci penyebab terjadinya tingkah laku”. Tingkah laku biasanya timbul atau terjadi dan dikendalikan oleh sebab dan akibat lingkungan.[2]

c) Humanisme (ABRAHAM MASLOW)

Aliran yang dapat dikatakan baru berkembang dalam psikologi ialah aliran yang dikenal dengan sebutan “Humanisme” dan dalam psikologi sering dikenal sebagai

“the third force”, pada aliran ini mempunyai tokoh yang terkenal diantaranya adalah: Carl Rogers, Abraham Maslow, dan aliran ini dikembangkan sebagi bantahan atas kekurangan yang mereka lihat pada pendapat aliran Behaviorisme dan Psikoanalisa.

Bagi aliran ini manusia pada dasarnya baik dan memiliki kebebasan (free will) untuk menentukan dirinya. Humanisme menolak gagasan Frued yang menyatakan bahwa kepribadian itu diatur oleh kekuatan bawah sadar manusia, dan tidak setuju/menolak ide pendapat behavioris bahwa kita dikuasai/dikendalikan oleh lingkungan pada dasarnya Humanisme juga mengakui bahwa pengalaman masa lalu itu mempengaruhi kepribadian, tetapi harus diakui pentingnya kedudukan. Salah satu teori Abraham Maslow yang terkenal dan banyak diterapkan oleh berbagai cabang psikologi terapan adalah teori “Hierarki kebutuhan manusia”. Dalam teori ini Maslow menyatakan ada lima macam kebutuhan manusia yang berjenjang keatas, kebutuhan yang lebih tinggi akan timbul jika kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi, ke lima teori tersebut adalah :


Self actualization

(Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri)


Esteem needs

(Kebutuhan untuk dihargai)


Belonging and love needs

(Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi)


Security needs

(Kebutuhan akan rasa aman dan tentram)

Survival fisiologis/basic needs

(Kebutuhan –kebutuhan fisiologis dasar)






d) Transpersonal

Bagi aliran ini, manusia di pandang sebagai “memiliki potensi-potensi luhur dapat keluar dari kesadaran biasa.” Aliran ini adalah pengembangan lebih lanjut dari psikologi Humanisme, bahkan Abraham Maslow, Anthony sutich dan Carlos Taart yang juga pemuka psikologi Humanistik menjadi peletak dasar psikologi Transpersonal. Sedangkan tokoh pengembangnya adalah S.Y.Skapiro dan Denise H.Lajole.

Setelah mereka menelaah lebih dari empat puluh ragam definisi tentang psikologi Transpersonal, akhirnya mereka sepakat bahwa “Transpersonal Psychology is concerned with the study of humanities, highest potential, and with there cognation , Understanding, and realization of unitive, spiritual, and transcendent states of consciousness”psikologi Transpersonal memiliki concern pada kajian tentang harkat kemanusiaan, berusaha memahami potensi luhur kemanusiaan yang berhubungan dengan fenomena/gejala tentang kesaatuan spiritual sebagai sebuah bentuk kesadaran terpanting dari derajat kemanusiaan. Definisi ini mengarahkan untuk menarik kesimpulan bahwa concern psikilogi transpersonal memaandang manusia dari dua segi, yaitu:

· Potensi-potensi luhur (the highest potential)

· Fenomena kesadaran (state of consciousness)

Psikologi transpersonal, sebagaimana psikologi humanistic menaruh perhatiaan kepada dimensi spiritual manusia yang berpotensi mengembangkan kemampuan luar biasa, yang sejauh ini terabaikan oleh telaah psikologi kontemporer. Perbedaan yang mencolok antara psikologi Humanistik dengan transpersonal, adalah bahwa psikologi humanistik lrbih memanfaatkan potensi-potensi ini untuk meningkatkan hubungan antara manusia, sedangkan psikologi transpersonal lebih tertarik untuk meneliti pengalaman subjektif-transendental serta pengalaman luar biasa dari dimensi spiritual manusia.

B. PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA

Islam memandang manusia sebagai makluk Tuhan yang memiliki suatu keistemewaan dan keunikan yang tak dimiliki makhluk lain. Sebagai makhluk-Nya karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan Sang pencipta dan makhluk-makluk tuhan lainnya. Sekurang-kurangnya terdapat empat ragam relasi manusia yang masing-masing mampunyai kutub positif dan kutub negative yaitu:

1. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (Hablun Minannas)

2. Hubungan antar manusia (Hablun Minannas) dengan usaha membina silaturahmi atau memutuskannya

3. Hubungan manusia dengan alam sekitar (Hablun Minal Alam)

4. Hubungan manusia dengan Sang Pencipta(Hablun Minallah)

Mengenai ragam dan corak relasi-relasi itu perlu dijelaskan bahwa sekalipun manusia seakan-akan merupakn pusat hubungan-hubungan (Center of relatedness) akan tetapi dalam ajaran islam pusat segalanya bukan manusia, akan tetapi Sang Pencipta sendri

C. PANDANGAN ISLAM TERHADAP PSIKOLOGI

Sebagaimana telah dikemukakan secara singkat, empat aliran psikologi diatas, masing-masing aliran memandang manusia dari sudut yang berbeda dan mengungkapkan aspek tertentu yang dipandang paling penting dalam manusia. Hal ini bisa kita lihat sebagai sebuah temuan psikologi sekular yang jelas tidak merujuk pada sumber ajaran islam (Al-Qur’an dan Al-Hadits). Untuk memberikan pandangan mengenai sejauh mana temuan itu memiliki kesamaan, perbedaan atau bahkan saling melengkapi atau saling menyangkal di antara keduanya.

Psikoanalisa Sigmund Frued yang mencoba menyelami dunia dalam (inner world) manusia, menemukan suatu dimensi kejiwaan berupa alam bawah sadar (unconscious). Alam tak sadar berisi dorongan-dorongan dan insting-insting primitif dan berbagai pengalaman memaksa seseorang untuk mengolah system kejiwaannya secara dahsyat, dinamis, liar, kejam, dan terus-menerus dalam keadaan konflik kejiwaan. Dengan ini dapat di mengerti bahwa hakikat dan citra manusia dalam pandangan Psikoanalisa adalah buruk, liar, kejam, nonetis, dan cenderung hedonustik, sebab dorongan paling dominan di alam bawah sadar adalah dorongan-dorongan agresif dan nafsu seks.

Kekeliruan terbesar Frued dalam kaca mata Al-Qur’an adalah keyakinan bahwa Id manusia hanya berisi dan dikuasai nafsu-nafsu rendah.[3] Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa manusia adalah makluk yang pada dasarnya memiliki kwalitas yang suci, bersih, dan indah. Atau dengan kata lain,manusia pada pandangan Al-Qur’an adalah suci dan beriman, adapun kecerendungan jahat adalah akibat dari keluarnya manusia dari kefitrahannya sebagai makhluk yang suci dan beriman.

Sedangkan aliran psikologi Behaviorisme yang banyak memberikan sumbangan pada penemuan asas-asas belajar yang mampu mengubah tingkah laku, memiliki kekeliruan yang cukup mendasar bahwa manusia adalah makhluk yang netral dan tidak memiliki standar tertentu dalam mengambil keputusan. Mungkin sisi yang positif dan bisa dikatakan sejalan dengan ajaran islam adalah rekomendasinya mengenai sistem pendidikan dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Bahkan derajat kekhalifahaan manusia jelas-jelas berhubungan kecakapan dan kemampuan ilmiah seseorang. Potensi-potensi tersebut hadir dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan–kegiatan belajar. Sebagaiman firman ALLAH SWT : Dan ALLAH SWT. Mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun daan Dia (Allah Swt) memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kaamu bersyukur”.[4]

Dalam beberapa hal, asas-asas psikologi Humanistik memiliki banyak kemiripan dengan pandangan Al-Qur’an menganai manusia. Citra manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan jiwa dan raga (psiko-fisik) serupa dengan pandangan islam mengenai manusia yang secara fitrah suci dan beriman serta memiliki ruh disamping mamiliki raga. Demikian pula temuan- temuan psikologi transpersonal yang menunjukan adanya dimensi “ruhani” yang mengandung daya luar biasa yang dalam batas-batas tertentu dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena religiusitas manusia yang sejauh ini masih sulit dijelaskan secara ilmiah.

BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya, adalah juga mkhluk yang mempunyai sifat-sifat tersendiri yang berbeda dengan makhluk dunia lainnya. . E.Cassirer menyatakan bahwa manusia itu adalah “Makhluk Simbolis” dan Plato merumuskan : “Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya. Sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : “Manusia adalah eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini , tetapi ia secara aktif “mengada”.

Psikologi pada dasarnya adalah ilmu yang menelaah prilaku manusia. Psikologi memandang manusia dari empat aliran, diantaranya :

1. Psikoanalisa (SIGMUND FRUED 1856-1939)

2. Behaviorisme (JHON BROADE 1878-1958)

3. Humanisme (ABRAHAM MASLOW)

4. Transpersonal

Islam memandang manusia sebagai makluk Tuhan yang memiliki suatu keistemewaan dan keunikan yang tak dimiliki makhluk lain. Sedangkan pandangan islam terhadap psikologi sejauh ini ditemukan kesamaan, kesejalanan, saling melengkapi, atau menyangkal diantara keduanya, dari berbagai aliran psikologi.



[1] DR. Sarlito Wirawan Sarwono,Pengantar Umum Psikologi,hal:21

[2] DR. Akyas Azhari, Psikologi Umum & Perkembangan, hal :18

[3] DR.Akyas Azhari, Psikologi Umum & Perkembangan, hal:23

[4] QS. AN-NAHL (16) : 78

1 komentar:

  1. DeUwH...n6eLeDek N!e,,,,,,,,,,Th@Nk's beUdZ yUa Ta5 CoMeNt'a,pH! AtUran a2 dUnK y6 ajaR!N Q...............!!!!!!!!!!!!!!!!!He......he........

    BalasHapus